Membahas
tentang anak, tidak akan habis-habisnya dibicarakan. Berbagai tipe anak bisa
diliat kesehariannnya bersama kita di asrama. Mulai dari manja sekali sampai
mandiri dan cuek sekali, semua itu akan mudah ditemukan. Itulah santri, dengan
berbagai dinamika pemikirannya. Mereka tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
PPM Subulussalam. Tugas kita memberikan pendampingan kepada mereka. Ustadz/Ustadzah
yang super yang selalu setia bersama santri siang dan malam di asrama. Kadangkala
mereka menjadi Guru bagi santri, kadangkala menjadi orang tua, dan kadangkala
disaat yang sama mereka menjadi babysitter. Tidak mudah memang menghadapi
santri yang berjumlah lebih 200an, sebanyak anak sebanyak itu pula tingkah
lakunya. Bahkan satu anak saja berbagai macam tingkah lakunya. Salut untuk
ustadz/ustadzah, mereka pahlawan yang berusaha merubah dengan sekuat tenaga
kata “lelah” menjadi “lillah”.
Santri
kelas VII melewati fase-fase yang sulit di Asrama, jika Ustadz/ustadzah tidak
sabar menghadapi tingkah mereka, bisa stress setiap hari, minimal menurun berat
badan. Kelas VII merupakan fase dimana mereka melewati masa frustasi dan
adaptasi. Perubahan masa dari SD ke SMP penuh lika-liku yang harus kita pahami
dan sikapi secara bijak. Maka tak heran kadang kita tengok ada santri yang
takut tidur gelap, ada santri yang betah berlama-lama di teras masjid memandang
ke arah jalan hanya untuk melihat orang tuanya yang harapkan datang untuk
melihatnya ke pondok. Bahkan ada santri yang ngompol.. :D disaat-saat seperti
inilah ustadz/ustadzah di asrama berubah menjadi orang tua yang memberikan
kasih sayang dan kenyamanan kepada mereka. Mereka butuh cinta kita.
Lain
kelas VII lain pula kelas VIII, kelas VIII dimana masa pubertas sedang melanda
anak-anak kita. Di fase ini kesabaran tingkat tinggi diperlihatkan oleh
ustadz/ustadzah kita. Berbagai tingkah pola akan ditemui, santri berdandan
lama-lama, sering di depan cermin, sisir rambut yang rapi sekali, mencari
perhatian lawan jenis. Ini merupakan sebagian kecil perubahan sikap mereka yang
dengan mudah kita temukan pada santri kelas VIII.
Di
kelas IX merupakan masa yang relatif tenang, bukan berarti mereka tanpa
masalah. Relatif tenang karena fokus santri untuk ujian akhir. Sebagian mereka
sudah habis masa pubertasnya. Tapi kadangkala ada juga santri yang “diam-diam
menghanyutkan”. Kewaspadaan ustadz/ustadzah lebih ditingkatkan di fase ini.
Bagaimanapun
tingkah laku mereka yang berbeda-beda di tiap fasenya, kadang membuat kita
terhibur, kadang membuat kita emosi, kadang membuat kita frustasi dan
kadangkala membuat kita tak bisa menahan diri. Pada akhirnya mereka adalah
anak-anak kita, walaupun mereka tidak kita yang melahirkan tetapi mereka besar,
tumbuh, berkembang berada pada kita. Baik buruknya perkembangan mereka, itu
tanggung jawab kita bersama. Mari kita lukiskan di hati mereka tentang optimisme
hidup, mari kita tanamkan di jiwa mereka kepedulian terhadap sesama. Kita semaikan
bibit-bibit cinta dan kemandirian. Selamat berjuang ustadz/ustadzah, Allah
bersama kita. #SepenuhHariSepenuhHati.
Lubuk
Pandan, 26 Agustus 2016
Ada Ustad Rahmat ,Ya
ReplyDelete